ADMINISTRASI
KESISWAAN
By, Taufiq Harris. M.Pd.
A.
Pendahuluan
Tidak ada satu hal untuk
abad modern sekarang yang lebih penting dari administrasi, kata Charles A.
Beard yang dikutip oleh Albert Lepawzley dalam bukunya
"Administration" dan juga
dikutip oleh Sondang P. Siagian. (dalam Hendyat S dan Wasty S,1982).
Meminjam istilah dari
Charles A. Beard. Tidak ada satu hal untuk abad modern ini, untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan siswa yang lebih penting dari administrasi kesiswaan.
Keberhasilan dalam
penyelenggaraan sekolah memang tergantung dari beberapa komponen pendukung
pelaksanaan kegiatan, seperti kurikulum, siswa, pembiayaan, tenaga pelaksana
dan sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan untuk
mencapai tujuan lembaga sekolah, artinya semua komponen adalah penting dan
tidak satu komponen pun yang lebih penting dari komponen yang lainnya.
Komponen siswa merupakan
jantung sekaligus menjadi tulang punggung kebermutuan sekolah dan salah satu
potensi yang penting dalam kelembagaan sekolah. Sebagaimana yang di kemukakan
oleh Rektor Universitas Gresik. "Siswa merupakan faktor terpenting yang
harus diperhatikan mengingat variable ini merupakan subjek dan objek yang
memiliki karakter, culture dan dinamika. Sebagai hal yang tidak kalah
pentingnya siswa adalah merupakan unsur pelanggan yang perlu mendapat pelayanan
dan kepuasan" (Sukiyat,2009:168).
Dengan demikian,
administrasi kesiswaan bagi lembaga pendidikan sekolah sangat dibutuhkan untuk
mengkordinasikan sejumlah aktifitas siswa yang memerlukan perencanaan,
pemikiran, pengarahan dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan
semua potensi yang ada secara efektif dan efisien.
B. Pengertian Administrasi Kesiswaan
Sebelum
membahasa makna administrasi kesiswaan, perlu mengetahui kata administrasi, A.
Sahertian menjelaskan definisi administrasi dari sumber administrasi pendidikan
itu sendiri. Sebagi berikut:
Secara
etimologis, perkataan adminitrasi berasal dari bahasa latin ad dan minitrare
yang berarti melayani (to service). (M.E. Dimock: Public Administration,
hal 3). Dari perkataan itu terjadi kata benda administratio dan kata
sifat administravus. Jadi apabila sejumlah orang secara bersama-sama
bekerja dalam bidang pendidikan di sekolah misalnya, maka mereka ingin mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan. Antara penentuan tujuan hingga tercapainya
tujuan itu terdapat suatu proses penyelenggaraan atau disebut pula proses
administrasi (A. Sahertian, 1985:18)
Dengan
memahami pengertian administrasi secara luas, maka administrasi itu bukan hanya
sekedar kegiatan tulis menulis di kantor. Administrasi adalah sebuah proses
penyelenggaraan bersama-sama secara keseluruhan untuk mencapai suatu tujuan.
Sebagaimana
yang kemukakan oleh para pakar administrasi pendidikan. pengertian adminitrasi antara lain:
1)
Administrasi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani
mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.(
(Ngalim Purwanto, 2008:1-2).
2)
Administrasi
adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan
pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan yang ditentukan (Sondang,1974:2).
Didalam buku petunjuk administrasi fakultas pada Universitas
Gaja Mada dikemukakan pula beberapa pengertian administrasi, yang antara lain
menyatakan:
1)
Administrasi
adalah suatu aktivitas atau proses yang terutama bersangkutan dengan cara untuk
menyelenggarakan tujuan yang telah ditentukan.
2)
Administrasi adalah
proses yang lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha pemerintah
atau swasta, sipil atau militer baik besar maupun kecil
3)
Administrasi
adalah pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar melaksanakan suatu
tujuan ( dalam Hadari Nanawi,1993:6).
Dan
masih banyak lagi pendapat-pendapat tentang administrasi, akan tetapi di dalam
perbedaan ternyata ada beberapa unsur yang sama, antara lain sebagi berikut:
1)
Administrasi
merupakan kegiatan manusia atau
sebagai gejala sosial karena berlangsung dalam inter-aksi antar
sejumlah manusia
2)
Administrasi
merupakan proses berupa kegiatan-kegiatan atau rangkaian
kegiatan/perbuatan atau kejadian-kejadian yang kompleks
3)
Rangkaian kegiatan
itu berupa usaha kerjasama
sekelompok manusia atau sejumlah personal (dua orang atau lebih)
4)
Kerjasama itu
dimaksud untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas/pekerjaan, tidak sesuai
sebagai pengkotakan kerja akan tetapi sebagai satu kesatuan kerja, yang semuanya
terarah pada pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian pengertian dan unsur-unsur
administrasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa “administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses
pengendalian usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Hadari Nawawi, 1993:7).
Kemudian, setelah
mengetahui dan memahami pengertian administrasi, maka sangat penting juga untuk
mengetahui dan memahami siswa dalam sistem pendidikan.
Siswa merupakan komponen input
dalam proses pendidikan (H.Oemar Malik, 2008:115). Dan selanjutnya Oemar
Hamalik mengatakan Peserta
didik adalah komponen
masukan dalam sistem pendidikan, yg selanjutnya diproses, dlm proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yg berkualitas sesuai dgn tujuan
pendidikan nasional (Oemar Hamalik dalam Sukarti dan Sururi,2009:205).
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor: 20 Tahun 2003, tentang sistem
pendidikan pada Bab I, pasal 1, ayat 4. Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dan Mohammad Ali,
(2009:309) mengemukakan, bahwa "siswa adalah peserta didik yang memerlukan
bekal agar dapat hidup dan menghadapi kehidupan
dengan layak pada masanya".
Berdasarkan
pengertian diatas, peserta didik/siswa adalah
orang/individu yg mendapatkan pelayanan pendidikan sesua dgn bakat, minat,dan
kemampuannya agar tumbuh dlm menerima pelajaran yg diberikan pendidik.Dan perlu
diketahui, peserta didik, mempunyai sebutan yang berbeda, beda, antara lain:
1) Taman
Kanak Kanak/TK disebut dgn anak didik
2) Pendidikan
Dasar dan Menengah disebut Siswa
3) Pendidikan
Tinggi disebut Mahasiswa
4) Sebutan
yg lain, seperti, Murid, Pembelajar, Santri, Trianee, dll
Setelah
mengetahui pengertian administrasi secara benar dan luas sertas mengetahui
pengertian siswa dalam sistem pendidikan. Maka administrasi
kesiswaan adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan siswa, yaitu mulai dari masuknya siswa sampai dengan keluarnya
siswa tersebut dari suatu sekolah atau lembaga (Hendyat S dan
Wasty S,1982:98).
Sama dengan apa yang diterangkan Surya Dharma, (2008). Administrasi
kesiswaan adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik dari mulai masuk
sampai lulus sekolah.
Selanjutnya pendapat
yang lain. Administrasi siswa adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara continue terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti
proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Gunawan, 1996:80). Begitu pula Sobari
dan Soewarno,(1991:393) mengemukakan, administrasi kesiswaan itu menunjuk pada
tugas-tugas kependidikan di sekolah sebagai kegiatan yang diawali dengan
pencatatan siswa yang dilakukan sejak proses penerimaan siswa baru sampai
akhirnya siswa tersebut meninggalkan sekolah.
Jelaslah dalam administrasi kesiswaan yang diatur adalah siswa.
Kemudian, dalam Asnawir, (2005). A. Gaffer MS membagi
administrasi kesiswaan pada tiga bidang, antara lain:
a) Pupil
Inventory adalah gambaran data siswa yang ada dalam lembaga sekolah untuk
mengetahui keadaan-keadaan siswa yang akan masuk sekolah dan juga untuk mengetahui pertumbuhan jumlah penduduk
terutama pada usia anak sekolah. Data ini untuk menyususn perencanaan sarana
prasarana, tenaga guru, termasuk juga perencanaan keuangan untuk anggaran biaya
sekolah tersebut. Dan data pupil Inventory dapat digunakan menyusun rencana
jangka pendek dan jangka panjang. (semua data harus ada pada administrator
pendidikan/sekolah).
b) Pupil Accounting adalah data mengenai keterangan
perilaku siswa di sekolah, terutama masalah absensi. Seperti, mengapa siswa
terlambat masuk sekolah, atau mengapa siswa tidak masuk sekolah, masalah ini
guru harus mengetahui penyebab-penyebabnya sehingga dapat membantu
menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
c) Pupil Personel Service adalah pelayanan dan usaha-usaha
sekolah untuk mengembangkan prestasi siswa, pelayanan tersebut berupa bimbingan
konseling yaitu dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada siswa, sehingga
para siswa sadar tentang potensi bakat mintanya, kemampuannya dan mampu
memecahkan masalah-masalahnya sendiri (tanpa paksaan), termasuk juga dengan
kesadaranya sendiri dapat mengaplikasikan pelajaran yang telah diajarkan dalam
kehidupanya sehari-hari.
C.
Ruang lingkup Administrasi kesiswaan
Administrasi kesiswaan mempunyai ruang lingkup pencatatan
data dan pelaporan, diatara keduanya berkaitan dan tidak bisa dilepaskan,
sehingga dibutuhkan format-format untuk menjalankan dan mengelola pencatatan
data dan pelaporan selama kegiatan sekolah tersebut berlangsung.
Sebagaimana Hendyat Soetopo
dan Wasty Soemanto, (1982:98-99). Mengungkapkan administrasi siswa sebagai
salah satu subtansi problem dari administrasi secara keseluruhan terdiri dari
beberapa kegiatan mengatur siswa. Kegiatan mengatur siswa tersebut mencakup :
1. Mengatur
penerimaan siswa baru (PSB) :
-
Rapat penentuan penerimaan siswa baru.
-
Pemasangan Pengumuman
-
Pendaftaran siswa baru
-
Seleksi calon siswa
-
Penentuan penerimaan.
2. Pengaturan
orientasi siswa baru.
3. Pengaturan
siswa sebelum masuk ke kelas pelajaran sesungguhnya:
-
Rapat pembagian kelas dengan wali kelas
-
Sesudah upacara, siswa masuk ke kelas
bersama wali kelasnya masing-masing
-
Pembentukan/Pembagian tugas kelas
-
Penjelasan tentang roster dan
perpustakaan.
4. Mengatur
kepenasehatan memilih program
5. Mengatur
pelayanan BP kepada siswa
6. Mengatur
pengelompokan siswa dikelas
7. Mengatur
presensi dan absensi siswa
8. Mengatur
kegiatan organisasi siswa
9. Mengatur
kegiatan ekstra kurikuler
10. Mengatur
drop out dan promosi siswa
11. Mengatur
pelaksanaan ulangan-ulangan formatif
12. Mengatur
test sumatif pada setiap akhir semester
13. Mengatur
penentuan kenaikan kelas dengan norma tertentu
14. Mengatur
pembagian raport siswa
A. Sahertian,(1994:103), menerangkan bagian yang
perlu dibicarakan dalam pengelolaan kesiswaan (Pupil Personnel Administration),
sebagai berikut:
a) Sensus sekolah dan kehadiran siswa
b) Penerimaan siswa, pengelompokan dan
kenaikan kelas, perpindahan dan surat ijin.
c) Kemajuan belajar siswa
d) Pencarian siswa dan registrasi,
serta laporan hasil belajar.
Merenungkan kalimat dari John Amos Commenius "Sebuah
sekolah yang tidak berdisiplin, sebagai kincir yang tidak berair" (dalam
Sahertian,1994:103). Oleh sebab itu
pengelolaan siswa secara teratur dan berdasarkan administrasi siswa akan
meciptakan mutu dan prestasi sekolah. Berdasarkan hal tersbut diatas, maka yang
perlu diuraikan disini ruang lingkup administrasi kesiswaan antara lain:
1. Sensus sekolah
adalah masalah kehadiran siswa di sekolah, masalah ini sangat esensial dalam
pengelolaan siswa, karena ini adalah syarat untuk pencapaian pengetahuan dan proses
pengalaman belajar. Maka ekologi administrasi
pendidikan perlu dipelajari untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah
ketidakhadiran siswa dan sekaligus mempunyai gambaran atau peta keadaan siswa.
Itulah pentingnya sensus sekolah sebagai dasar untuk mengetahui jumlah siswa.
2. Fungsi sensus sekolah,
ini adalah pencatatan anak usia sekolah untuk di jadikan acuan penetapan
rencana jumlah dan daerah yang perlu didirikan sebuah sekolah dan juga untuk
menetapkan berapa batas penerimaan siswa baru di sebuah daerah (rayonisasi), kemudian
sebagai acuan untuk mempersiapkan layanan angkutan, dan memproyeksikan
layanan-layanan kegiatan bagi sekolah yang membutuhkan, termasuk juga
mempersiapkan fasilitas pendidikan khusus, serta membuat rayonisasi untuk
anak-anak yang akan masuk dari suatu sekolah ke sekolah lain, dan yang tidak
kalah penting sebaia alat record/rekam mengenai jumlah perkembangan sekolah
swasta, dan alat untu rekam berbagai sumber mengenai bantuan masyarakat pada
kemajuan sekolah.
3. Metode
pelaksanaan sensus dapat dilakukan pada bulan-bulan
tertentu dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan, akan tetapi sering
dilakukan pada saat sekolah sekolah libur panjang. Dan sensus ini perlu dilakukan
secara terus menerus atau dengan prinsip kontinuitas. Pada umumnya sensus ini dilaksanakan secara nasional,
tetapi dibawahi oleh kondisi daerahnya masing-masing untuk menjaga tingkat
keberhasilan.
4. Waktu
sensus secara periodik harus direncanakan, sebab
pengambilan data dari rumah ke rumah waktunya harus bersamaan, jika dilakukan
dengan waktu yang tidak tetap akan terjadi pencatatan ganda. Sensus dapat
diselenggarakan dalam satu tahun atau beberapa tahun satu kali. Sering kali
sensus yang dilakukan tidak memberi arti bagi perencanaan, dikarenakan dalam
pengambilan data melalui telpon, atau pencatatannya dari orang tua dikirim ke
sekolah atau data yang diperoleh berdasarkan laporan dari kepala sekolah, kemudian
hanya memperkirakan sekian persen yang belum sekolah,
5. Pembuatan
peta sekolah dalam usaha mengembangkan sensus sekolah
ini adalah school mapping ialah suatu bentuk untuk mengetahui semua data yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengawasan pendidikan yang disusun secara
visual dan geografis dan berfungsi untuk membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan antara lain:
a) Berapa
jumlah sekolah.
b) Apa
jenisnya.
c) Berapa
beayanya.
d) Dimana
tempatnya.
e) Apa
tujuan sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f) Apa
fasilitasnya dan apa manfaatnya.
g) Fasilitas
apakah yang masih akan dibutuhkan.
h) Dimana
fasilitas tersebut akan dibangun berikutnya.
secara
sederhana pembuatan peta sekolah adalah alat informasi dan data bagi strategi
perencanaan program sekolah, antara lain:
a) Segi penduduk -
jumlah, kepadatan, anak umur sekolah,yang
tidak dan yang sekolah, dan yang belum sekolah.
b) Komunikasi
- jalan negara, kabupaten, kecamatan, jarak rumah dan tempat sekolah.
c) Geografis
- Gunung, sungai, rawa, kuburan
d) Per-ekonomian
- sawah, kebun, pusat perekonomian, pasar, pertokoan.
e) Pendidikan/sekolah –
lokasi, jarak, keadaan luas, jumlah lokal.
f) Administrasi pemerintahan
batas kampung, kecamatan, kabupaten/kotamadya.
2. Penerimaan Siswa Baru dan Syarat
Syarat Pendaftaran
Penerimaan siswa baru
dilakukan dengan pembentukan panitia PSB-(ketua
umum, ketua pelaksana, sektretaris dan bendahara, anggota). Panitia
tersebut disusun secara musyawarah dan terdiri dari semua unsur guru dan tenaga
tata usaha dan dewan sekolah/komite sekolah dan bekerja sesuai dengan pedoman
yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah. Pedoman penerimaan siswa baru,
antara lain:
a) Pengumuman
penerimaan siswa baru, (perlu diberikan gambaran sekolah tentang sejarah
sekolah, Visi, Misi sekolah, kelengkapan fasilitas sekolah, tenaga kependidikan
yang dimiliki atau hal-hal lain yang perlu di informasikan kepada calon
siswa/pelamar.
b) Pedaftaran
calon siswa dilakukan oleh kepala sekolah melalui pengumuman yang secara
terperinci yang berisikan waktu, tempat
pendaftaran, syarat-syarat, model dan waktu tes di selenggarakan.
c) Seleksi,
memilih calon siswa diterima atau tidaknya.
d) Syarat-syarat
pendaftaran siswa baru:
·
Surat keterangan kelahiran /akte lahir
·
Surat keterangan kesehatan.
·
Salinan foto copy Raport/STTB terakhir/nilai
UAN yang telah di syahkan oleh yang berwenang.
·
Membayar biaya pendaftaran sesuai dengan
yang ditetapkan
·
Pas foto ukuran 3 x 4 atau 4 x 6
secukupnya
Selanjutnya, Bagi calon siswa yang
diterima diharuskan mendaftar ulang pada lembaga sekolah yang menerimanya pada
waktu daftar ulang dan melengkapi persyaratan-persyaratan administratif yang
dibutuhkan sekolah.
3.
Orientasi
Orientasi adalah kegiatan
siswa baru untuk mengenalkan situasi dan kondisi lingkungan sekolah sebagai tempat siswa
tersebut menempuh pendidikan. Lingkungan sekolah adalah lingkungan fisik
sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Lingkungan fisik meliputi halaman
sekolah, tempat berolaraga, halaman sekolah, jalan sekolah dan seluruh
fasilitas yang disediakan yang berada dalam gedung sekolah. Sedangkan lingkugan
sosial sekolah adalah kepala sekolah, para guru, tenaga tata usaha, teman-teman
sesame siswa barunya, kakak-kakak kelas, termasuk juga peraturan sekolah yang
berlaku, layanan-layanan sekolah bagi siswa dan kegiatan-kegiatan sekolah serta
organisasi kesiswaan yang ada di sekolah.
Tujuan orientasi bagi
siswa, supaya siswa mengetahui dan mengerti semua peraturan yang berlaku
disekolah dan memotivasi siswa untuk ikut berpartisipasi di dalam
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah serta mempersiapkan fisik
dan mental siswa dalam menghadapi situasi lingkungan baru di sekolah, sehingga
para siswa baru mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan belajarnya yang baru.
4.
Upacara Penerimaan Siswa Baru
Siswa baru diterima
dalam suatu upacara sekolah yang diselenggarakan di halaman sekolah. Dalam
upacara tersebut kepala sekolah menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperkenalkan
semua guru dan staff sekolah
b. Memperkenalkan
pengurus siswa (OSIS)
c. Menjelaskan
program-program dan tata tertib sekolah
d. Menjelaskan
fasilitas yang dimiliki sekolah,
e. Menjelaskan
struktur persekolahan
Dengan upacara
diharapkan siswa dapat mengerti dan mematuhi peraturan yang berlaku disekolah
dan aktif dalam kegiatan kegiatan yang diselenggarakan sekolah. Dan kepada
warga sekolah yang lama harus bersikap ramah, aktif membatu kepada siswa baru,
supaya siswa baru merasa senang berada di lingkungan sekolah.
5.
Penempatan siswa (Pembagian kelas / Grouping)
Menurut William A.
Jeager pengelopokan siswa didasarkan pada:
1) Fungsi
Integrasi adalah pengelompokan siswa berdasarkan umur, jenis kelamin dan
sebagainya
2) Fungsi
Perbedaan adalah pengelompokan siswa berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada
pada siswa seperti bakat, minat, kemampuan dan sebagainya.
Menurut Ny. S. Pakasi,
pengelompokan berdasarkan hasil belajar
(achievement). Biasanya anak-anak dibagi atas 3 kelompok
1) Kelompok
anak yang cepat berfikirnya
2) Kelompok
anak yang sedang berfikirnya
3) Kelompok
anak yang lambat berfikirnya
Dan selanjutnya menurut
Hedyat Soetopo (dalam Sukarti Nasihin dan Sururi,2009:211), dasar dasar
pengelompokan peserta didik ada 5 macam, yaitu :
1)
Frienship
Grouping
Pengelompokan
peserta didik itu didasarkan pada kesukaan di dalam memilih teman antar peserta
didik itu sendiri. Jadi dalam hal ini peserta didik mempunyai kebebasan di
dalam memilih teman untuk di jadikan sebagai anggota kelompoknya.
2)
Achievement
Grouping
Pengelompokan
peserta didik itu didasarkan pada prestasi yang dicapai oleh siswa. Dalam
pengelompokan ini biasanya diadakan percampuran antara peserta didik yang
berprestasi tinggi dengan peserta didik yang berprestasi rendah
3)
Aptitude
Grouping
Pengelompokan
peserta didik itu didasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa
yang dimiliki peserta didik itu sendiri.
4)
Attention
or Interest Grouping
Pengelompokan
peserta didik itu didasarkan atas perhatian atau minat yang didasari kesenangan
peserta didik itu sendiri. Pengelompokan ini di dasari oleh adanya peserta
didik yang mempunyai bakat dalam bidang tertentu namun si peserta didik
tersebut tidak senag dengan bakat yang dimilikinya.
5)
Intellegence
Grouping
Pengelompokan
peserta didik itu didasarkan atas hasil tes intelegensi yang diberikan kepada
pserta didik itu sendiri
MATERI SELANJUTNYA PERTEMUAN….. KEDUA
DAFTAR PUSTAKA
A.
Sahertian. 1994. Dimensi administrasi
pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Asnawir. 2005. Administrasi
Pendidikan. Padang : IAIN IB Press.
Gunawan. 1996. Administrasi
Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro.Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar, H. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan
Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto.
M. Ngalim. 2008. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remja Rosdakarya.
Nawawi
Hadari. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Mas Agung
Soetopo
Hendyat dan Soemanto Wasty.1994. Pengantar
Operasional: Admistrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno
dan Subari. 1991. Administrasi Pendidikan.Surabaya:Medio
Sukiyat, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan Indonesia: Dalam Kancah Perdagangan Bebas, :Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmiah.
Sururi
dan Sukarti Nasihin. 2010. Manajemen Peserta didik. Bandung: Alfabeta.