WALISONGO DAN
ISLAMISASI JAWA
Oleh, Taufiq Harris
Oleh, Taufiq Harris
Buku Islam
aktual menjelaskan, Proses masuknya ajaran Islam di Indonesia khususnya Jawa
telah melewati waktu yang cukup panjang. Unsur-unsur ajaran Islam
diintegrasikan pada budaya lokal dan sebaliknya. Islam kemudian menjadi bagian
yang tidak terasa asing. “Islam telah mempribumi” selanjutnya dalam buku
Tasawuf Irfan dan Kebatinan menerangkan bahwa sangat monumental sekali masuknya
ajaran Islam dan sufisme di Tanah Jawa, yang telah di pelopori oleh para tokoh
sufi yang sekarang kita kenal dengan walisongo atau sembilan wali, dan beberapa
tokoh sufi yang lainnya yang tidak termasuk dalam lingkaran tersebut. Catatan
singkat ini tidak menjelaskan apa atau arti, darimana sesungguhnya kata
Walisongo dan juga tidak mengungkap asal usul para pelopor dakwah ajaran Islam
di Indonesia khususnya Tanah Jawa, karena sampai sekarang masih banyak
kontroversial dan juga banyaknya pendapat dari sejarahwan yang berbeda.
Sebelum
mengutip salah satu bagian perjuangan dari para walisongo dalam transformasi
dakwahnya, saya akan kembali pada istilah ”Islam telah mempribumi” karena Islam
telah di hadirkan oleh para Walisongo dengan sangat apresiatif terhadap budaya
lokal Jawa sehingga menghasilkan dakwah yang selaras dan mudah beradaptasi
dengan lingkungan setempat, walaupun ajaran Islam di terima oleh masyarakat
secara bertahap atau sedikit demi sedikit atau bersifat gradual, antara
masyarakat desa atau para petani yang masih tersentuh dengan Hinduisme dan
masih melakukan tradisi tradisi dalam budaya Jawa, para priyayi di kota yang
masih melekat pada budaya Animisme dan Dinamisme dan para santri yang berada di
pesisir. Warna keagamaan ini kemudian menghasilkan khazanah lokal yang
bermetamorfosis menjadi eklektika antara kultur lokal dan semangat keagamaan.
Dalam hal ini melahirkan akulturasi (proses kebudayaan yang saling
mempengaruhi) dan sekaligus penyatuan ideologi-ideologi yang bertentangan
kedalam kesatuan pikiran atau kedalam satu hubungan sosial yang harmonis serta
berjalan bersama (sinkretisme). Maka para wali dalam menyebarkan ajaran Islam
di Tanah Jawa, mampu menembus lingkungan tradisi besar budaya Hindu-Kejawen
melalui berkembangnya sastra budaya agama atau jika kita perhatikan Islam yang
telah merebak dengan cepat di Indonesia khususnya Jawa semenjak abad 13 Masehi,
ternyata tidak mengganggu budaya asli Animisme, Dinamisme dan Paganisme di
Jawa, karena walisongo sangat memahami bahwa itu adalah bagian dari watak
masyarakat yang kental sejak pra sejarah.
Sejarah
transformasi dakwah walisongo merupakan potret proses dialektika dan akulturasi
tersebut, salah satu contoh ”Kanjeng Sunan Kalijaga” seorang yang penuh dengan
karomah berjubah putih mampu menembangkan kidung-kidung, pandai memainkan alat
musik Jawa (gamelan dan lain sebagainya) dan sekaligus menjadi dalang wayang
kulit, dalam bukunya Dr. Th. Pigeud ” De Javaanse Volksvertoningen” bahwa
Kanjeng Sunan Kalijaga menciptakan lakon-lakon wayang baru dan menyelenggarakan
pagelaran-pagelaran. Ini membuktikan bahwa tranformasi dakwah Sunan Kalijaga
dengan menciptakan karya seni dan menggunakan nuansa yang mudah difahami oleh
masyarakat Jawa yakni Hindu dan Budha.
Walisongo yang
merupakan simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya Tanah Jawa. Dengan
warna dakwahnya yang memperhatikan watak masyarakat yang telah mengakar sejak
pra sejarah dan mengakomodasi budaya lokal dan adat/tradisi lokal.
"Walisongo" ini sangat populer dibanding dengan para pendakwah ajaran
Islam yang lainnya. Mereka memiliki gaya dakwah yang unik dan berbeda.
Catatan
singkat ini saya akan memberikan salah satu contoh tranformasi dakwah walisongo
yakni, Syeikh Maulana Malik Ibrahim (sesepuh Walisongo ) yang memiliki strategi
dalam kegiatan trasformasi dakwahnya melalui metode motode pendekatan yang benar
benar matang, dalam bahasa sekarang, Syeikh Maulana Malik Ibrahim menyusun
inventarisasi masalah masalah masyarakat yang dikembangkan dalam skala
prioritas yang dituangkan dalam project planning/schedule dakwah, jika kita
ambil contoh kegiatan sub projectnya adalah: berdagang atau membuka agen retail
kebutuhan kebutuhan masyarakat sehari hari, sarana melaksanakan metode ini
untuk mengenal masyarakat, mulai nama orang, keluarga, status sosial, sifat,
karakter, bahkan hal hal pribadinya, cara ini memudahkan berkomunikasi langsung
untuk membantu seseorang, membina, memberikan masukan untuk melakukan kebajikan
dan melarang berbuat kemungkaran dan beberapa sumber menjelaskan Syeikh Maulana
Malik Ibrahim kadang juga berdebat, namun beliau telah mengetahui sifat atau
watak orang tersebut, sub project yang lainnya adalah beliau menjadi Tabib,
pandai mengobati berbagai macam penyakit, dalam catatan-Syeikh Maulana Malik
Ibrahim setiap mengobati pasien selalu mengawali dengan bacaan basmallah yang
diiringi dengan do’a-do’a, disamping juga beliau memiliki ilmu yang tinggi
dalam bidang ilmu sain, maka dalam referensi rasional beliau juga memberikan
obat obatan tradisionil (jamu/yang lainnya)-dengan cara pendekatan kepada
setiap orang, beliau memahami persoalan persoalan yang langsung dapat membatu
menyelesaikan/memecahkan masalah masalahnya, sehingga Syeikh Maulana Malik
Ibrahim berpartisipasi dalam lingkunganya sekaligus menyesuaikan diri dengan
lingkunganya dengan menggunakan lingkungannya untuk menjalankan tranformasi dakwah
Islam, berarti beliau melakukan penyesuaian secara autoplastis (mengubah diri
sesuai dengan keadaan lingkungan dan penyesuaian secara alloplastis/mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan dirinya), dalam uraian ini saya
break dengan pendapat William Stern, Intelijensi ialah kemampuan/kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berfikir yang sesuai dengan tujuannya, maka Sang Wali adalah jenius yang dengan
cepat merubah masyarakat yang memiliki keyakinan dan falsafah serta pandangan
hidup rakyat Budha, Hindu (aliran syiwa) dapat memilih Agama Islam, sampai
bahasan ini ketikan saya berhenti, karena terselip dalam benak saya pada
literatur dan dongeng atau cerita rakyat, lembaran lembaran kuno tentang
kehebatan karomahnya (bahasa jawa “sakti”) atau dalam tranformasi dakwahnya,
Allah SWT langsung membantu. Jika bahasa kawan saya do’a-do’a yang dibaca oleh
Syeikh Maulana Malik Ibrahim karena ketakwaan dan maqamnya yang tinggi langsung
nyata dikabulkan, selanjutnya diskusi tulisan ini dengan menampilkan data
referensi rasional dan satu hal lagi kritis saya, banyak pakar sejarah
mengatakan dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim di untungkan dengan adanya
kasta-kasta dalam ajaran Hindu sedangkan menurut ajaran Islam tidak ada
perbedaan kelas, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang
bertaqwa dan berbuat kebaikan, ungkapan itu adalah dakwah Syeikh Maulana Malik
Ibrahim kepada rakyat atau masyarakat miskin, terutama para petani dan nelayan
(pada kasta Waisya dan Sudra/kaum rendahan) sehingga mendengar ajaran Islam
yang di sampaikan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim, tidak ada perbedaan di
dalam Agama Islam, kaya, miskin, bangsawan, pejabat, raja, semua sama sebagai
manusia yang harus di hargai hak-haknya, dengan demikian Islamlah yang
mengangkat mereka seperti manusia lainnya maka berbondong bondong masyarakat
masuk Agama Islam, analisa saya bukan diuntungkan oleh adanya kasta-kasta dalam
agama Hindu, akan tetapi tranformasi dakwah Sang Wali itu, dengan
intelektualnya yang dapat merubah paradigma masyarakat serta perjuangan yang
tidak mengenal lelah dalam menyebarkan ajaran Allah SWT dan profile dirinya
yang mencontoh Rosulullah, namun boleh-boleh saja pendapat yang menerangkan
bahwa dakwahnya diuntungkan oleh kasta-kasta, karena saya sangat menyadari
bahwa ini adalah sejarah atau peristiwa yang telah berlalu. Begitu pula menurut
Babad, cerita rakyat dan lain-lain, bagaimana Sang Wali dalam menolong
masyarakat dari gangguan perampokan bukan hanya mengandalkan kesaktian saja
akan tetapi profile kerendahan hati dan akhlaqnya juga sebagai senjata ampuh,
artinya bahwa beliau bukan saja mengandalkan magic ulluhiyah semata. Dan
diceritakannya pula bahwa Syeikh Maulana Malik Ibrahim berhadapan dengan para
tokoh agama/para pandita, yang setiap musim kemarau panjang mengorbankan
seorang gadis untuk persembahan dewa, agar diturunkan hujan, beliau menentang
persembahan itu dengan cara yang tidak membuka front, atau bersikap kasar
dengan ber-argumen lembut untuk memberikan petunjuk dan dilakukan terus menerus
untuk menghalangi perbuatan sesatnya, setelah melakukan trans dakwahnya dengan
subtansi logika tidak berhasil atau memang keinginan dari mereka yang meminta
untuk sesuatu yang dapat mengalahkan dewanya maka beliau melakukan dengan
memohon/do’a kepada Allah/ menjalankan ibadah dalam syariat Islam dalam alkisah
tersebut Syeikh Maulana Malik Ibrahim dengan para santrinya melakukan sholat
minta hujan/ Istiqo’, langsung hujan, kenapa langsung hujan karena Syeikh Maulana
Malik Ibrahim, hamba yang sudah menyandang predikat “Karomah”, kalau saya dan
kawan-kawan, mungkin harus berulang-ulang memakan waktu bulanan untuk turun
hujan, mungkin sampai musim penghujan, baru turun hujan, bedanya ketakwaan dan
maqamnya, kedua saya dan kawan-kawan belum pernah mempengaruhi satu orangpun
untuk masuk Islam.
Dari beberapa
contoh sub project kegiatan tranformasi dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim
tersebut diatas dan para pengikut Islam semakin banyak, maka Syeikh Maulana
Malik Ibrahim kearah tujuan dan cita-cita dengan menimbulkan kekuatan kekuatan
kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, atau mekanisme yang di mulai
dengan menjaga kegiatan kegiatan guna mencapai hasil atau tujuan Islam dengan
mendirikan masjid dan pesantren sesuai dengan schedule transformasi dakwahnya.
Pengadaan sarana prasarana ini sebagai (whole Methode) dalam kegiatan proses
pembelajaran mengenal ajaran Islam dan juga merupakan wadah pembentukan
kader-kader Islam (Mubaligh). Dalam hal ini Syeikh Maulana Malik Ibrahim
melakukan kegiatan proses pembelajaran Quantum Learning adalah proses
pembelajaran secara cepat, yang mencakup unsur-unsur pembelajaran efektif
sehingga kegiatan ini menjadi induk yang menelorkan para santri bagi masyarakat
Gresik dan Agama Islam, dapat kita bayangkan Syeikh Maulana Malik Ibrahim “Sang
Wali” memiliki konsep pendidikan “Islamic Quantum Learning Method”, pasti
beliau menyiapkan metodologi pengajaran, tersedianya fasilitas belajar (Masjid
dan Pesantren), tenaga pengajar yang handal dan manajemen pesantren yang sangat
baik, dengan esensi materi pengajaran, tehnik pengajaran dan memprediksi target
perjuangan dakwah yang dicapai, maka untuk memperjelas pemahaman tentang
kurikulum Islam dalam tranformasi dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim
sebagaimana dapat diperkirakan dari berbagai pendapat, artefak keislaman dalam
kehidupan masyarakat Majapahit, kubur-kubur kuno berikut prasastinya serta
masjid- masjid kuno sebagai living monument kemudian mayoritas pengikut madzhab
di Indonesia adalah Madzhab Syafi’i maka dapat diperkirakan terdiri dari :
1. Usul
al-Fiqih adalah yang merupakan empat (4) sumber akar fiqih a. Al-Qur’an adalah
kitab suci bagi umat Islam b.Sunnah Nabi adalah ucapan dan perbuatan Nabi serta
taqrir/ persetujuan Nabi dengan cara membiarkan suatu perbuatan c.Ijma’
kesepakatan diantara alim ulama islam yang hidup pada masa tertentu tentang
suatu masalah yang didapatkan ketentuannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. d.Qiyas,
analogi hukum/ketentuan yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan hadist dengan hukum
yang terdapat di dalamnya, karena persamaan sebab.
2. Usul
ad-Din atau ‘Ilm al-Qalam atau ‘Ilm al-Tauhid ialah ilmu yang membicarakan ke
maha tunggalan Allah/keesaan Tuhan, dasar kepercayaan ini tertuang dalam
rumusan kalimat“ Asyhadu Allah ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah, dan didasari oleh zat dan sifat Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya, hari kiamat dan Takdir, enam ini merupakan
pokok kepercayaan Umat Islam (rukun Iman).
3. Tasawwuf,
berasal dari kata “ Suf ” yang berarti kain wol kasar. Kain tersebut dipakai
oleh orang orang muslim yang meninggalkan keduniawian, mencari ketenangan untuk
bertemu dengan Allah di dorong oleh cinta kepada-Nya, orang-orang ini di sebut
Sufi, dan ilmu/aliran tersebut dinamai Tasawwuf. Seorang sufi disebut faqir
atau darwisy (bahasa Persia) orang yang melarat karena berhasrat. Pelajaran
mencari Tuhan ditempuh melalui empat tingkatan,yaitu: Syari’at, Tariqat,
Ma’rifat, Haqiqat, di dalam tasawwuf ada beberapa golongan, antara lain: Qodariyah,
Syatiriyah, Naqsyabandiyah, dan lain-lain yang banyak kita kenali di negeri
ini.
Maka keberhasilan perubahan dan
perkembangan Agama Islam sangat cepat sekali sehingga sampai sekarang Gresik
menjadi kota Santri yang banyak menghasilkan Ulama-ulama berstandart nasional
dan bahkan Internasional . Dalam transformasi dakwahnya, beliau juga terlibat
membantu masyarakat dalam sektor pertanian terutama dalam hal menunjang
fasilitas-fasilitas pengairan atau irigasi, pembuatan waduk-waduk, dan yang
lainnya, tujuan dari upaya-upaya tersebut untuk kepentingan masyarakat tani,
kebutuhan akan air bersih pada masyarakat serta menanggulangi banjir. Jelas
gambaran keterlibatan beliau, dapat di ketahui dalam sumber data di Desa
Pesucinan, tempat air yang berada pada masjid kuno yang diperkirakan dibuat
pada tahun 1311 Saka atau tahun 1389 Masehi. Konon, daerah Leran dan sekitarnya
banyak di kunjungi masyarakat, karena terkenal sebagai pusat dakwah Islam
dengan Ulamanya yang dicintai rakyat yakni Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Sunan
Giri dalam sumber resmi belanda sebagai ”den heyligen Javaensen priester” yaitu
(Ulama Jawa yang keramat), sebagai wali yang terkemuka sepanjang masa, jasa
jasa beliau dalam penyebaran ajaran Islam yang terkenal keteguhannya dalam
menyiarkan agama Islam tanpa mau dicampuri kepercayaan dan adat istiadat akan
tetapi di bidang kesenian beliau juga berjasa besar dalam menciptakan tembang
tembang yang bernafas Islam, kemudian Sunan Ampel yang menjadi Mufti atau
pimpinan agama Islam se-Tanah Jawa, yang memiliki falsafah Mo Limo dan memiliki
pesantren untuk mendidik para bangsawan dan para pangeran serta siapapun yang
datang untuk berguru kepada beliau, selanjutnya Sunan Bonang yang telah
menciptakan karya sastra yang terkenal ” Suluk ” karya yang sangat hebat, penuh
keindahan dan bermakna kehidupan beragama. Karya Suluk tersebut sampai sekarang
disimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden Belanda, dan Sunan Kudus yang
tersohor memiliki strategi dakwah dengan melakukan pendekatan kepada rakyat
dengan merangkul segala masyarakat, kemudian Sunan Drajat dari beberapa sumber
sejarah beliau adalah sunan yang paling bersahaja dan terkenal sebagai ahli
ukir dan juga Sunan yang pertama kali menciptakan Gending Pangkur sampai kini
gending tersebut masih di sukai rakyat, Sunan Muria adalah wali yang memiliki
fisik yang kuat dan sakti mandraguna tranformasi dakwahnya kepada para nelayan,
pelaut, pedagang, kemudian Sunan Gunung Jati. Semua para wali ini dalam
Islamisasi Jawa, trans dakwahnya dengan budi luhur, halus lemah lembut dan
pecinta masyarakat/ umat dengan memasuki pintu budaya.
Catatan singkat
yang terbatas ini, mengharap anda sudah harus puas dan kita tetap harus belajar
dengan menelusuri nilai-nilai ajaran Islam dari walisongo, salam atas mereka
semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar