Senin, 05 November 2012

WALISONGO DAN ISLAMISASI JAWA



WALISONGO DAN ISLAMISASI JAWA
Oleh, Taufiq Harris
Buku Islam aktual menjelaskan, Proses masuknya ajaran Islam di Indonesia khususnya Jawa telah melewati waktu yang cukup panjang. Unsur-unsur ajaran Islam diintegrasikan pada budaya lokal dan sebaliknya. Islam kemudian menjadi bagian yang tidak terasa asing. “Islam telah mempribumi” selanjutnya dalam buku Tasawuf Irfan dan Kebatinan menerangkan bahwa sangat monumental sekali masuknya ajaran Islam dan sufisme di Tanah Jawa, yang telah di pelopori oleh para tokoh sufi yang sekarang kita kenal dengan walisongo atau sembilan wali, dan beberapa tokoh sufi yang lainnya yang tidak termasuk dalam lingkaran tersebut. Catatan singkat ini tidak menjelaskan apa atau arti, darimana sesungguhnya kata Walisongo dan juga tidak mengungkap asal usul para pelopor dakwah ajaran Islam di Indonesia khususnya Tanah Jawa, karena sampai sekarang masih banyak kontroversial dan juga banyaknya pendapat dari sejarahwan yang berbeda.
Sebelum mengutip salah satu bagian perjuangan dari para walisongo dalam transformasi dakwahnya, saya akan kembali pada istilah ”Islam telah mempribumi” karena Islam telah di hadirkan oleh para Walisongo dengan sangat apresiatif terhadap budaya lokal Jawa sehingga menghasilkan dakwah yang selaras dan mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, walaupun ajaran Islam di terima oleh masyarakat secara bertahap atau sedikit demi sedikit atau bersifat gradual, antara masyarakat desa atau para petani yang masih tersentuh dengan Hinduisme dan masih melakukan tradisi tradisi dalam budaya Jawa, para priyayi di kota yang masih melekat pada budaya Animisme dan Dinamisme dan para santri yang berada di pesisir. Warna keagamaan ini kemudian menghasilkan khazanah lokal yang bermetamorfosis menjadi eklektika antara kultur lokal dan semangat keagamaan. Dalam hal ini melahirkan akulturasi (proses kebudayaan yang saling mempengaruhi) dan sekaligus penyatuan ideologi-ideologi yang bertentangan kedalam kesatuan pikiran atau kedalam satu hubungan sosial yang harmonis serta berjalan bersama (sinkretisme). Maka para wali dalam menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa, mampu menembus lingkungan tradisi besar budaya Hindu-Kejawen melalui berkembangnya sastra budaya agama atau jika kita perhatikan Islam yang telah merebak dengan cepat di Indonesia khususnya Jawa semenjak abad 13 Masehi, ternyata tidak mengganggu budaya asli Animisme, Dinamisme dan Paganisme di Jawa, karena walisongo sangat memahami bahwa itu adalah bagian dari watak masyarakat yang kental sejak pra sejarah.
Sejarah transformasi dakwah walisongo merupakan potret proses dialektika dan akulturasi tersebut, salah satu contoh ”Kanjeng Sunan Kalijaga” seorang yang penuh dengan karomah berjubah putih mampu menembangkan kidung-kidung, pandai memainkan alat musik Jawa (gamelan dan lain sebagainya) dan sekaligus menjadi dalang wayang kulit, dalam bukunya Dr. Th. Pigeud ” De Javaanse Volksvertoningen” bahwa Kanjeng Sunan Kalijaga menciptakan lakon-lakon wayang baru dan menyelenggarakan pagelaran-pagelaran. Ini membuktikan bahwa tranformasi dakwah Sunan Kalijaga dengan menciptakan karya seni dan menggunakan nuansa yang mudah difahami oleh masyarakat Jawa yakni Hindu dan Budha.

Walisongo yang merupakan simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya Tanah Jawa. Dengan warna dakwahnya yang memperhatikan watak masyarakat yang telah mengakar sejak pra sejarah dan mengakomodasi budaya lokal dan adat/tradisi lokal. "Walisongo" ini sangat populer dibanding dengan para pendakwah ajaran Islam yang lainnya. Mereka memiliki gaya dakwah yang unik dan berbeda.
Catatan singkat ini saya akan memberikan salah satu contoh tranformasi dakwah walisongo yakni, Syeikh Maulana Malik Ibrahim (sesepuh Walisongo ) yang memiliki strategi dalam kegiatan trasformasi dakwahnya melalui metode motode pendekatan yang benar benar matang, dalam bahasa sekarang, Syeikh Maulana Malik Ibrahim menyusun inventarisasi masalah masalah masyarakat yang dikembangkan dalam skala prioritas yang dituangkan dalam project planning/schedule dakwah, jika kita ambil contoh kegiatan sub projectnya adalah: berdagang atau membuka agen retail kebutuhan kebutuhan masyarakat sehari hari, sarana melaksanakan metode ini untuk mengenal masyarakat, mulai nama orang, keluarga, status sosial, sifat, karakter, bahkan hal hal pribadinya, cara ini memudahkan berkomunikasi langsung untuk membantu seseorang, membina, memberikan masukan untuk melakukan kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran dan beberapa sumber menjelaskan Syeikh Maulana Malik Ibrahim kadang juga berdebat, namun beliau telah mengetahui sifat atau watak orang tersebut, sub project yang lainnya adalah beliau menjadi Tabib, pandai mengobati berbagai macam penyakit, dalam catatan-Syeikh Maulana Malik Ibrahim setiap mengobati pasien selalu mengawali dengan bacaan basmallah yang diiringi dengan do’a-do’a, disamping juga beliau memiliki ilmu yang tinggi dalam bidang ilmu sain, maka dalam referensi rasional beliau juga memberikan obat obatan tradisionil (jamu/yang lainnya)-dengan cara pendekatan kepada setiap orang, beliau memahami persoalan persoalan yang langsung dapat membatu menyelesaikan/memecahkan masalah masalahnya, sehingga Syeikh Maulana Malik Ibrahim berpartisipasi dalam lingkunganya sekaligus menyesuaikan diri dengan lingkunganya dengan menggunakan lingkungannya untuk menjalankan tranformasi dakwah Islam, berarti beliau melakukan penyesuaian secara autoplastis (mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan dan penyesuaian secara alloplastis/mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan dirinya), dalam uraian ini saya break dengan pendapat William Stern, Intelijensi ialah kemampuan/kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya, maka Sang Wali adalah jenius yang dengan cepat merubah masyarakat yang memiliki keyakinan dan falsafah serta pandangan hidup rakyat Budha, Hindu (aliran syiwa) dapat memilih Agama Islam, sampai bahasan ini ketikan saya berhenti, karena terselip dalam benak saya pada literatur dan dongeng atau cerita rakyat, lembaran lembaran kuno tentang kehebatan karomahnya (bahasa jawa “sakti”) atau dalam tranformasi dakwahnya, Allah SWT langsung membantu. Jika bahasa kawan saya do’a-do’a yang dibaca oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim karena ketakwaan dan maqamnya yang tinggi langsung nyata dikabulkan, selanjutnya diskusi tulisan ini dengan menampilkan data referensi rasional dan satu hal lagi kritis saya, banyak pakar sejarah mengatakan dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim di untungkan dengan adanya kasta-kasta dalam ajaran Hindu sedangkan menurut ajaran Islam tidak ada perbedaan kelas, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang bertaqwa dan berbuat kebaikan, ungkapan itu adalah dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim kepada rakyat atau masyarakat miskin, terutama para petani dan nelayan (pada kasta Waisya dan Sudra/kaum rendahan) sehingga mendengar ajaran Islam yang di sampaikan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim, tidak ada perbedaan di dalam Agama Islam, kaya, miskin, bangsawan, pejabat, raja, semua sama sebagai manusia yang harus di hargai hak-haknya, dengan demikian Islamlah yang mengangkat mereka seperti manusia lainnya maka berbondong bondong masyarakat masuk Agama Islam, analisa saya bukan diuntungkan oleh adanya kasta-kasta dalam agama Hindu, akan tetapi tranformasi dakwah Sang Wali itu, dengan intelektualnya yang dapat merubah paradigma masyarakat serta perjuangan yang tidak mengenal lelah dalam menyebarkan ajaran Allah SWT dan profile dirinya yang mencontoh Rosulullah, namun boleh-boleh saja pendapat yang menerangkan bahwa dakwahnya diuntungkan oleh kasta-kasta, karena saya sangat menyadari bahwa ini adalah sejarah atau peristiwa yang telah berlalu. Begitu pula menurut Babad, cerita rakyat dan lain-lain, bagaimana Sang Wali dalam menolong masyarakat dari gangguan perampokan bukan hanya mengandalkan kesaktian saja akan tetapi profile kerendahan hati dan akhlaqnya juga sebagai senjata ampuh, artinya bahwa beliau bukan saja mengandalkan magic ulluhiyah semata. Dan diceritakannya pula bahwa Syeikh Maulana Malik Ibrahim berhadapan dengan para tokoh agama/para pandita, yang setiap musim kemarau panjang mengorbankan seorang gadis untuk persembahan dewa, agar diturunkan hujan, beliau menentang persembahan itu dengan cara yang tidak membuka front, atau bersikap kasar dengan ber-argumen lembut untuk memberikan petunjuk dan dilakukan terus menerus untuk menghalangi perbuatan sesatnya, setelah melakukan trans dakwahnya dengan subtansi logika tidak berhasil atau memang keinginan dari mereka yang meminta untuk sesuatu yang dapat mengalahkan dewanya maka beliau melakukan dengan memohon/do’a kepada Allah/ menjalankan ibadah dalam syariat Islam dalam alkisah tersebut Syeikh Maulana Malik Ibrahim dengan para santrinya melakukan sholat minta hujan/ Istiqo’, langsung hujan, kenapa langsung hujan karena Syeikh Maulana Malik Ibrahim, hamba yang sudah menyandang predikat “Karomah”, kalau saya dan kawan-kawan, mungkin harus berulang-ulang memakan waktu bulanan untuk turun hujan, mungkin sampai musim penghujan, baru turun hujan, bedanya ketakwaan dan maqamnya, kedua saya dan kawan-kawan belum pernah mempengaruhi satu orangpun untuk masuk Islam.
Dari beberapa contoh sub project kegiatan tranformasi dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim tersebut diatas dan para pengikut Islam semakin banyak, maka Syeikh Maulana Malik Ibrahim kearah tujuan dan cita-cita dengan menimbulkan kekuatan kekuatan kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, atau mekanisme yang di mulai dengan menjaga kegiatan kegiatan guna mencapai hasil atau tujuan Islam dengan mendirikan masjid dan pesantren sesuai dengan schedule transformasi dakwahnya. Pengadaan sarana prasarana ini sebagai (whole Methode) dalam kegiatan proses pembelajaran mengenal ajaran Islam dan juga merupakan wadah pembentukan kader-kader Islam (Mubaligh). Dalam hal ini Syeikh Maulana Malik Ibrahim melakukan kegiatan proses pembelajaran Quantum Learning adalah proses pembelajaran secara cepat, yang mencakup unsur-unsur pembelajaran efektif sehingga kegiatan ini menjadi induk yang menelorkan para santri bagi masyarakat Gresik dan Agama Islam, dapat kita bayangkan Syeikh Maulana Malik Ibrahim “Sang Wali” memiliki konsep pendidikan “Islamic Quantum Learning Method”, pasti beliau menyiapkan metodologi pengajaran, tersedianya fasilitas belajar (Masjid dan Pesantren), tenaga pengajar yang handal dan manajemen pesantren yang sangat baik, dengan esensi materi pengajaran, tehnik pengajaran dan memprediksi target perjuangan dakwah yang dicapai, maka untuk memperjelas pemahaman tentang kurikulum Islam dalam tranformasi dakwah Syeikh Maulana Malik Ibrahim sebagaimana dapat diperkirakan dari berbagai pendapat, artefak keislaman dalam kehidupan masyarakat Majapahit, kubur-kubur kuno berikut prasastinya serta masjid- masjid kuno sebagai living monument kemudian mayoritas pengikut madzhab di Indonesia adalah Madzhab Syafi’i maka dapat diperkirakan terdiri dari :
1.       Usul al-Fiqih adalah yang merupakan empat (4) sumber akar fiqih a. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam b.Sunnah Nabi adalah ucapan dan perbuatan Nabi serta taqrir/ persetujuan Nabi dengan cara membiarkan suatu perbuatan c.Ijma’ kesepakatan diantara alim ulama islam yang hidup pada masa tertentu tentang suatu masalah yang didapatkan ketentuannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. d.Qiyas, analogi hukum/ketentuan yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan hadist dengan hukum yang terdapat di dalamnya, karena persamaan sebab.
2.       Usul ad-Din atau ‘Ilm al-Qalam atau ‘Ilm al-Tauhid ialah ilmu yang membicarakan ke maha tunggalan Allah/keesaan Tuhan, dasar kepercayaan ini tertuang dalam rumusan kalimat“ Asyhadu Allah ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, dan didasari oleh zat dan sifat Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya, hari kiamat dan Takdir, enam ini merupakan pokok kepercayaan Umat Islam (rukun Iman).
3.       Tasawwuf, berasal dari kata “ Suf ” yang berarti kain wol kasar. Kain tersebut dipakai oleh orang orang muslim yang meninggalkan keduniawian, mencari ketenangan untuk bertemu dengan Allah di dorong oleh cinta kepada-Nya, orang-orang ini di sebut Sufi, dan ilmu/aliran tersebut dinamai Tasawwuf. Seorang sufi disebut faqir atau darwisy (bahasa Persia) orang yang melarat karena berhasrat. Pelajaran mencari Tuhan ditempuh melalui empat tingkatan,yaitu: Syari’at, Tariqat, Ma’rifat, Haqiqat, di dalam tasawwuf ada beberapa golongan, antara lain: Qodariyah, Syatiriyah, Naqsyabandiyah, dan lain-lain yang banyak kita kenali di negeri ini.

Maka keberhasilan perubahan dan perkembangan Agama Islam sangat cepat sekali sehingga sampai sekarang Gresik menjadi kota Santri yang banyak menghasilkan Ulama-ulama berstandart nasional dan bahkan Internasional . Dalam transformasi dakwahnya, beliau juga terlibat membantu masyarakat dalam sektor pertanian terutama dalam hal menunjang fasilitas-fasilitas pengairan atau irigasi, pembuatan waduk-waduk, dan yang lainnya, tujuan dari upaya-upaya tersebut untuk kepentingan masyarakat tani, kebutuhan akan air bersih pada masyarakat serta menanggulangi banjir. Jelas gambaran keterlibatan beliau, dapat di ketahui dalam sumber data di Desa Pesucinan, tempat air yang berada pada masjid kuno yang diperkirakan dibuat pada tahun 1311 Saka atau tahun 1389 Masehi. Konon, daerah Leran dan sekitarnya banyak di kunjungi masyarakat, karena terkenal sebagai pusat dakwah Islam dengan Ulamanya yang dicintai rakyat yakni Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri dalam sumber resmi belanda sebagai ”den heyligen Javaensen priester” yaitu (Ulama Jawa yang keramat), sebagai wali yang terkemuka sepanjang masa, jasa jasa beliau dalam penyebaran ajaran Islam yang terkenal keteguhannya dalam menyiarkan agama Islam tanpa mau dicampuri kepercayaan dan adat istiadat akan tetapi di bidang kesenian beliau juga berjasa besar dalam menciptakan tembang tembang yang bernafas Islam, kemudian Sunan Ampel yang menjadi Mufti atau pimpinan agama Islam se-Tanah Jawa, yang memiliki falsafah Mo Limo dan memiliki pesantren untuk mendidik para bangsawan dan para pangeran serta siapapun yang datang untuk berguru kepada beliau, selanjutnya Sunan Bonang yang telah menciptakan karya sastra yang terkenal ” Suluk ” karya yang sangat hebat, penuh keindahan dan bermakna kehidupan beragama. Karya Suluk tersebut sampai sekarang disimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden Belanda, dan Sunan Kudus yang tersohor memiliki strategi dakwah dengan melakukan pendekatan kepada rakyat dengan merangkul segala masyarakat, kemudian Sunan Drajat dari beberapa sumber sejarah beliau adalah sunan yang paling bersahaja dan terkenal sebagai ahli ukir dan juga Sunan yang pertama kali menciptakan Gending Pangkur sampai kini gending tersebut masih di sukai rakyat, Sunan Muria adalah wali yang memiliki fisik yang kuat dan sakti mandraguna tranformasi dakwahnya kepada para nelayan, pelaut, pedagang, kemudian Sunan Gunung Jati. Semua para wali ini dalam Islamisasi Jawa, trans dakwahnya dengan budi luhur, halus lemah lembut dan pecinta masyarakat/ umat dengan memasuki pintu budaya.

Catatan singkat yang terbatas ini, mengharap anda sudah harus puas dan kita tetap harus belajar dengan menelusuri nilai-nilai ajaran Islam dari walisongo, salam atas mereka semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar